Jumat, 11 November 2011

BAB III

BABA III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini secara berturut-turut akan dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Metode dalam sebuah penelitian meruapakan hal yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan. Ada kalanya juga peneliti sangat ingin mencari jawaban atas sesuatu masalah tetap faktor-faktor lain tidak memungkinkannya. Kesalahan dalam memilih metodologis akan berakibat pada hasil akhir yang diperolehnya. Rangkaian metodologis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup beberapa hal seperti Pendekatan penelitian, Instrumen Penelitian, Pengumpulan data, Teknik pengumpulan data, dan analisis data.
3.1. Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos berasal dari akar kata metadan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah. Sedangkan hodos (Suharsimi, 2002 : 4) berarti jalan, cara arah. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.
Menurut Suriasumantri (1996 : 328) metode ditetapkan berdasarkan tujuan panelitian. Berdasarkan tujuan penelitian ini untuk menganalisis karya sastra (puisi) dalam hal ini nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam karya sastra (puisi) tersebut, maka metode yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif.
Dimana bahwa Metodologi penelitian memiliki peran besar atas berhasil tidaknya sebuah penelitian. Metodologi sendiri adalah “suatu cara kerja untuk mencapai tujuan” (Soediro Satoto dalam Anis W.N dan Nova M: 9: 2006). Dipilihnya suatu metode, misalnya, disesuaikan dengan objek penelitiannya. Penyesuaian metode tersebut akan mengarahkan tercapainya tujuan penelitian yang ditetapkan. Metode ini sendiri mempunyai arti sebagai “cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data” (Suharsimi Arikunto: 100: 2005). Dalam teorinya yang lain beliau memberikan pengertian tentang cara. Cara diartikan sebagai “pengupayaan suatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya” (Arikunto: 2005: 100).
Penelitian atas Puisi Kumpulan Ayat-ayat Api karya Sapardi Djoko Damono dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang tidak disertai angka-angka statistik melainkan terbatas pada penganlisaan kategori dan konsep (Zaidan dkk: 1994: 67)
Pengertian tentang Penelitian kualitatif ini sendiri memiliki makna yang banyak seperti yang diungkapkan oleh beberapa ahli berikut ini: Menurut Badgan dan Tylor (1975) “mendefinisikan metodolgi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang dan prilaku yang dapat diamati”. (Bogdan dan Taylor dalam Moleong: 2007: 4)
Sejalan dengan devinisi tersebut Kirl dan Miller (1986) mendefinisikan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dan pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya” (Kirl dan Miller dalam Skripsi Lese Wirya: 50: 2005)
Penentuan jenis penelitian disesuaikan dengan permasalahan, sifat, maupun tujuan penelitiannya. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian deskriptif kualitatif, dipergunakan strategi berfikir fenomenologis yang lentur dan terbuka. Bentuk analisis yang dipergunakan, biasanya menggunakan analisis secara induktif dengan meletakkan data penilaian bukan sebagai pembuktian, melainkan modal untuk memahami dan menyimpulkan fakta yang ada. Penelitian deskriptif (descriptive research) ini sendiri menurut Sudarwan Danim adalah “untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat” (Sudarwan Danim: 2002: 41)
Adapaun ciri-ciri metode deskriftif kualitatif
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan sesuai dengan hakikat objek.
2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, sehingga hasil penelitian selalu berubah.
3. Desain penelitian bersifat sementara sebab hasil penelitian bersifat terbuka.
4. Analisis data dilakukan bersama dengan pengumpulan data (Ratna, 2007 : 48) (Arikunto, 2002 : 11)
3.2. Pendekatan
Seperti yang disebutkan diatas, bahwa metode yang dugunakan adalah metode deskriptif kualitatif, berangkat dari tujuan penelitian yaitu menganalisa karya sasrta.
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis karya sastra (puisi) digunakan analisis struktural, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang menganggap karya sebagai sesuatu yang otonom. Pendekatan objektif memusatkan perhaitan semata-mata pada unsur-unsur karya satra.
3.3. Instrumen Penelitian
Sumber data pada penelitian ini adalah kepustakaan, yaitu berupa puisi kumpulan “Ayat-ayat Api” karya Sapardi Djoko Damono. Dengan rincian sebagai berikut
a. Nama Buku : Ayat-ayat Api
b. Penerbit : Anggota IKAPI
c. Tahun Terbit : 2006
d. Jumlah Halaman : 158 Halaman
e. Jumlah Puisi : 53 sajak yang terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama yang diberi subjudul Ayat Nol berisi 16 sajak, bagian kedua Ayat Arloji 33 sajak, dan bagian ketiga Ayat Api sebanyak enam sajak.
f. Warna Sampul : merah dan kuning
g. Jumlah puisi yang dianalisis : 5 (lima) puisi, Yaitu :
1. Aku Tengah Menantimu Hal. 9
AKU TENGAH MENANTIMU
Aku tengah menantimu, mengejang bunga randu alas
di pucuk kemarau yang mulai gundul itu
berapa juni saja menguncup dalam diriku dan kemudian layu
yang telah hati-hati kucatat, tapi diam-diam terlepas

Awan-awan kecil melintas di atas jembatan itu, aku menantimu
musim telah mengembun di antara bulu-bulu mataku
kudengar berulang suara gelombagn udara memecah
nafsu dan gairah telanjang di sini, bintang-bintang gelisah

Telah rontok kemarau-kemarau yang tipis ; ada yang mendadak
sepi
Di tengah-tengah riuh bunga alas dan kembang turi aku pun
menanti
Barangkali semakin jarang awan-awan melintas di sana
dan tak ada, kau pun, yang merasa di tunggu begitu lama
2. Tentang Mahasiswa Yang Mati, 1996 hal. 35
Aku mencintainya sebab ia mati ketika ikut
rame-rame hari itu. Aku tak mengenalnya,
hanya dari Koran, tidak begitu jelas memang,
Kenapanya atau bagaimanaya (bukankah semuanya demikian juga?)
tetapi rasanya cukup alasan
untuk mencintainya. Ia bukan
mahasiswaku. Dalam kelas mungkin saja
ia suka ngantuk, atau selalu tampak sibuk mencatat,
atau diam saja kalau di Tanya,
atau sudah terlanjur bodoh sebab ikut saja
setiap ucapan gurunya. Atau malah terlalu suka
membaca sehingga semua guru jadi asing baginya.
Dan tiba-tiba saja, begitu saja, hari itu ia mati;
begitu berita yang ada di Koran pagi ini---
entah kenapa kau mencintainya
karena itu. Aneh, Koran ternyata bisa juga
membuat hubungan antara yang hidup
dan yang mati, yang tak saling kenal.
siapa namanya, mungkin disebut di Koran,
tapi aku tak ingat lagi,
dan mungkin juga tak perlu peduli. Ia telah
mati hari itu----dan ada saja yang jadi ribut.
Di negeri orang mati, mungkin ia sempat
was-was akan nasib kita
yang telah meributkan mahasiswa mati.

3. Yang Paling Menakjubkan Hal.37
Yang paling menakjubkan di dunia yang fana ini
adalah segala sesuatu yang tidak ada. Soalnya,
kita bisa membayangkan apa saja tentangnya,
menjadikannya muara bagi segala yang luar biasa.

Kita bisa membayangkannya sebagai jantung
yang letih, yang dindingnya berlemak,
yang memompa sel-sel darah agar bisa menerobos
urat-urat yang sempit, yang tak lagi lentuk.

Kita bisa membayangkannya sebagai bola mata
yang tiba-tiba tak mampu membaca aksara
di dinding kamar periksa seorang dokter
ketika ditanya, Apa yang Tuan lihat di sana?

Kita bisa membayangkan sebagai lidah
yang tiba-tiba dipaksa menjulur agar bida diperiksa
apakah kemarin, atau tahun lalu, atau entah kapan pernah
mengucapkan suatu dosa, entah apa.

Sungguh suatu dosa paling menakjubkan di dunia kita ini
adalah segala sesuatu yang tidak ada. Soalnya,
kita boleh menyebut apa pun yang kita suka tentangnya
sementara orang berhak juga menganggap kit gila
4. Iklan hal. 39
Ia penggemar berat iklan. Iklan itu sebeanr-benar
hiburan, kata lelaki itu. Siaran berita dan cerita itu
sekedar selingan. Ia tahan seharian de depan televisi.
Istrinya suka menyediakan kopi dan kadang-kadang
kacang atau kentang goring untuk menemaninya
mengunyah iklan.
Anak permepuannya suka menatapnya aneh jika ia
menirukan lagu iklan supermi---kepalanya bergoyang-
goyang dan matanya berbinar-binar. Anak lelakinya
sering memandangnya curiga jika ia tertawa melihat
badut itu mengiklankan sepatu sandal---kakinya digerak-
gerakkannya ke kanan dan kekiri. Dan istrinya suka tidak
paham jika ia mendadak terbahak-bahak ketika
menyaksikan iklan tentang kepedulian social itu—dua
tangannya terkpeal dan dihentak-hentakkannya.
Lelaki itu meninggal seminggu yang lalu; konon yang
terakhir diucapkannya sebelum Allahuakbar adalah
Hidup Iklan! Sejak itu istrinya gemar duduk di depan
televise, bersama anak-anaknya, menebak-nebak iklan
mana gerangan yang menurut dokter itu telah
menyebabkannya begitu bersemangat sehingga
jantungnnya mendadak berhenti
5. Klereng hal. 41
Kalah main, kelerengku tinggal lima butir. Aku anak
laki-laki, tidak boleh meangis, kata Ibu. Kupungut
kelereng itu satu demi satu, kumasukkan kesaku. Di
jalan pulang, selalu kuraba-raba sebab khawatir kalau-kalau
ada yang terjatuh dari lubang kantung celanaku.
Ketika mau belajar, selesai makan malam, kudapati
kelerengku berkurang satu. Kutaruh semua yang sisa di
atas meja, tak ada lagi yang bulat sempurna sebab
seharian berbenturan dengan sesamanya, tetapi di mana
gerangan kelerengku yang belimbing, yang warnanya
biru? Aku anak laki-laki, tidak berhak menangis, kata
Ibu.
Aku boleh saja tak peduli, tetapi kelerengku yang lain----
yang bintik-bintik, yang belimbing coklat, yang susu,
dan yang loreng merah hijau----akan selalu bertanya
padaku di mana gerangan temannyayang satu itu. Itu
sebabnya aku harus mencarinya, tetapi ke mana aku tak
tahu.


3.4. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana telah dibahas di awal, bahwa tekhik pengumpalan data dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah adalah sangat tergantung pada data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Maka dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data tentang nilai-nilai pendidikan, dimana yang dianalisis adalah sebuah kumpulan puisi yang terdiri dari banyak puisi, maka dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan sebagian dari seluruh puisi yang ada pada puisi kumpulan “Ayat-ayat Api” karya Sapardi Djoko Damono. Dalam hal ini, penulis menggunakan propotional random sampling dengan teknik data primer dan data skunder. Adapaun puisi yang akan dianalisis berjumlah Lima (5) puisi seperti yang terdapat dalam Instrumen Penelitian.
Untuk itu secara berturut-turut pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan tetang data primer, dan data skunder.
a. Data Primer
Data primer ialah data yang secara langsung berkaitan atau berkenaan dengan masalah yang diteliti dan secara langsung diperoleh dari sumber, yaitu Puisi Kumpulan Ayat-ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono.
b. Data Skunder
Dalam penelitian ini juga dipergunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai pihak yang memberikan penilaian terhadapnya, baik itu dari guru maupun komentar tidak langsung yang dapat diidentifikasi oleh peneliti. Data sekunder dapat dipergunakan untuk mendukung analisis atas data primer yang ada. Dengan demikian, diharapkan analisis data akan lebih tajam dan maksimal
3.5. Teknik Analisis Data
Sehubungan dengan objek penelitian adalah karya sastra berupa puisi, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun langkah yang digunakan untuk menganalisis data dalam hal ini puisi yang berbentuk kata, maka digunakan dua model pembacaan yaitu pembacaan heuristic dan pembacaan rekroaktif atau hermeneuitk. :
a. Pembacaan heuristik
Pembacaan heuristik adalah pembacaan karya sastra (puisi) berdasarkan struktur bahasanya. Atau secara semiotik, adalah pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Dalam pembacaan heuristik, karya sastra (puisi) dibaca secara linier menurut struktur normatif bahasa yang digunakan.
Bahasa puisi sering menyalahi tata aturan normatif suatu bahasa, keluar dari kaidah tata bahasa yang baku. Bahasa puisi merupakan deotomatisasi atau defamiliarisasi (ketidak otomatisan atau ketidak biasaan) ini merupakan sifat kepuitisan yang dapat dialami secara empiris.
Karena merupakan sifat kepuitisan puisi yang sering deotomatisasi atau defamiliarisasi, maka sebelumn karya sastra (puisi), dianalisis menggunakan konvensi sastra yaitu menggunakan pembaca semiotik tahap kedua (meaning of meaning), puisi terlebih dahulu dianalisis melaui pembacaan semiotik tahap pertama (struktur normatif bahasanya) dengan menggunakan pembacaan heuristik.
Seperti disebutkan di atas, bahwa salah satu sifat kepuitisan adalah deotomatisasi atau defamiliarisasi, maka perlu pembacaan heuristik (struktur normatif bahasa) yaitu pembacaab bahasa puisi yang tidak dibuat biasa atau dinaturalisasikan sesuai dengan sistem bahasa normatif. Bila perlu, kata-kata diberi awalan atau akhiran, disisipkan kata-kata tambahan, hubungan kalimat-kalimat dalam puisi diperjelas. Begitu juga, logika bahasa yang tidak biasa dikembangkan pada logika bahasa yang biasa. Hal ini mengingat seperti yang disebut diatas, bahwa puisi menyatakan seuatu secara tidak langsung.
b. Pembacaan rekroaktif atau hermeneutik
Pembacaan heuristik (Pradopo, 1997 : 121) baru memperjelas arti kebahasaan saja. Makna karya sastra (puisi) belum terungkap. Oleh karena itu pembacaan heuristik harus diulang dengan pembacaan rekroaktif, dan diberi tafsiran (dibaca secara hermeneutik) sesuai dengan konvensi sastra sebagai sistem tanda pada tahap kedua.
Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (rekroaktif) sesudah pembacaan heuristik yang melihat susunan struktur normatif bahasa/konvensi bahasa. Pembacaan hermeneutik membaca karya sastra (puisi) dengan menggunakan konvensi sastra yang merupakan konvensi tambahan dalam sastra. Konvensi-konvensi sastra tersebut diantaranya : konvensi bahasa kiasan, persajakan, pembagian bait, enjambemen, tipografi dan konvensi ketidak langsungan ekspresi yang meliputi penggantian arti (metafora, metonimia) penyimpangan arti (ambiguitas, kontradiksi, nonsen) dan penciptaan arti.
Untuk dapat menangkap makna puisi, maka perlu dianalisis berdasarkan konvensi sastra. Makna-makna yang terkandung di dalam konvensi sastra tersebut didinterprestasi/ditafsirkan menggunakan pembacaan hermeneutik.
Pengklasifikasian data atas permasalahan yang telah dirumuskan. Langkah ini memungkinkan penulis untuk lebih sistematis, cermat, dan logis dalam melakukan persiapan analisis, baik terhadap sumber data primer maupun data sekunder.
Terahir, penganalisisan secara cermat dengan pola induktif atau deduktif. Dalam melakuan analisis inilah, pendekatan-pendekatan yang telah dipilih dipergunakan secara sinergis untuk mengkaji permasalahan yang telah dirumuskan.
3.6. Langkah-langkah analisis
1. Membaca kumpulan puisi ayat-ayat api
2. Menganalisis unsur intrinsik puisi menggunakan pembacaan heuristik dan hermeneutik
3. Memparafrase puisi tersebut
4. Mencari arti kata-kata sesungguhnya dalam sistem tanda/perlambangan.
5. Menggali nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam beberapa puisi yang dianalisis dan mengaitkannya dengan realitas dunia pendidikan kita yang sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar