Jumat, 03 Desember 2010

PENGANTAR FILSAPAT


PENGANTAR FILSAFAT


A. PENGANTAR

Sejarah perkembangan manusia adalah perkembangan sejarah yang paling menakjubkan di banding mahluk hidup manapun di bumi ini, perkembangan peradaban manusia dari awal adanya manusia hingga sampai saat ini adalah sesuatu yang tidak lahir begitu saja, butuh waktu ribuan tahun dari pertama api di temukan sebagai sumber penerangan kemudian di gantikan dengan lampu listrik seperti saat sekarang, semua yang lahir adalah setelah pengalaman dan hasil percobaan-percobaan manusia yang tidak kenal lelah, manusia juga memahami bahwa manusia memerlukan alam untuk melanjutkan hidup, alam yang harus diolah agar tetap mampu menyediakan kebutuhan manusia yang populasinya terus berkembang bahkan juga mampu memahami bahwa antara manusia yang satu dengan yang lain juga mempunyai hubungan, bagaimana ia harus hidup dalam kelompok dan bagaimana juga manusia menghadapi perubahan-perubahan.
Pertanyaan "apa itu", "dari mana", “mengapa”, dan "ke mana" pertanyaan-pertanyaan ini terus mengemuka dan timbul dalam benak manusia, orang tidak hanya mencari pengetahuan sebab dan akibat dari suatu masalah, tetapi mulai mencari sampai tingkat kebenaran sesuatu sampai paling mendasar, karena hal tersebut disadari atau tidak adalah hal yang mampu memandu kehidupan manusia.
Artinya cara manusia memandang sesuatu di tentukan bagaimana ia mampu memahami hakekat yang paling mendasar, dari situ pula menentukan cara manusia menyelesaikan sebuah persoalan,cepat atau lambat, tepat atau tidak memang akan sangat tergantung bagaimana tingkat pemahaman manusia dalam memandang dan menganalisa sesuatu.
Manusia dan kehidupan sosial memiliki hubungan yang erat. Pemikiran manusia ditentukan oleh masyarakatnya. Masyarakat akan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik alam, maupun penduduk. Cara manusia mempertahankan hidup, akan menentukan kesadaran manusia.

B. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat yang berasal dari bahasa yunani, Philos yang artinya pecinta dan Sophia, yang artinya kebijaksanaan, Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Atau bisa didefinisikan sebagai pencarian terhadap kebenaran yang hakiki. Demikian arti filsafat pada mulanya, kemudian pada perkembangannya, mengalami perlusan yang kompleks. Artinya filsafat mengajak kita untuk memahami kebenaran sesuatu sampai pada akar – akarnya, filsafat menempati posisi sebagai induk segala ilmu dan pengetahuan. Karena dari filsafatlah orang memulai mempertanyakan dan mencari jawaban segala sesuatu. Dapat kita mengerti filsafat secara umum, yaitu suatu ilmu (induk ilmu) yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan cabang darinya yang berkubang pada permasalahan khusus dan spesifik. Filsafat akan mengajak kita untuk berpikir dan menggambarkan kita untuk tindakan, yang akan memandu hidup kita,sebenarnya tidak ada manusia yang hidup tanpa berlandaskan filsafat, hanya persoalan tahu atau tidak tentang filsafat itu sendiri.
Tetapi ada hal yang membedakan seseorang berpikir filsafat atau tidak, Kattsoff (1963) di dalam bukunya Elements of Philosophy (Pengantar Filsafat) menjelaskan batasan filsafat secara umum untuk melengkapi pengertian kita tentang "filsafat". Pengertian ini juga sekalian menegaskan perbedan pemikiran filsafat dengan lainnya. Bilamana seseorang berpikir secara filsafat.

Filsafat adalah berpikir secara kritis.
Dasar munculnya filsafat adalah pencarian terhadap kebenaran hakiki. Ada banyak permasalahan yang tidak terjawab, tidak tuntas dijawab atau jawaban yang ada tidak memuaskan. Filsafat berlatarbelakang keresahan terhadap permasalahan tersebut. Tidak akan pernah muncul pemikiran filsafat jika tidak ada keresahan. Maka kemudian, setiap orang berfilsafat adalah orang yang berpikir kritis untuk memecahkan permasalahan yang meresahkan tersebut.

Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
Walaupun cakupan filsafat sangat luas, namun bukan berarti tanpa sistematika. Filsafat akan mempertanyakan hal yang paling hakiki. Dari segala sesuatu yang ada, filsafat akan mencari substansi segala sesuatu tersebut dengan metode yang secara sistematis menuju jawaban terhadap pertanyannya. Menemui hal-hal yang khusus dari masing-masing hal, kemudian mencari sifatnya yang umum, serta mencari jawab atas substansi secara umum, dengan peralatannya (logika).

Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam filsafat bukanlah pertanyaan yang acak, namun berurutan dan konsiten, tidak merupakan pertanyaan yang saling bertentangan satu sama lainnya. Filsafat juga bermula dari menjawab substansi umum, kemudian menjelaskannya sesuai dengan tingkatannya dalam hubungan-hubungannya. Dapat bermula dari segala sesuatu, yang ada, yang nyata, yang eksis, dari alam, makhluk hidup, manusia, serta esensinya.

Filsafat adalah berpikir secara rasional.
Harus ada pertanggungjawaban dan penjelasan yang bisa diterima oleh nalar manusia terhadap semua hasil-hasil pemikiran. Ada alasan dan bukti yang secara umum diakui kebenarannya. Semakin nyata sebuah pemikiran, diakui banyak orang, semakin dapat diterima pula oleh akal, serta semakin dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Filsafat harus bersifat komprehensif.
Tidak ada sebuah hal yang terpisah samasekasli dari hal lainnya. Filsafat memiliki cakupan yang paling luas dan akan menjelaskan segala sesuatu beserta saling hubungannya. Tidak dapat dikatakan sebagai filsafat jika telah memiliki batasan tema, namun merupakan ilmu. Frans Magnis Suseno melanjutkan, "Filsafat sebagai usaha tertib, metodis, yang dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yang sebetulnya diharapkan dari setiap orang yang tidak hanya mau membebek saja. Untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data dan fakta-fakta yang dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu.

Filsafat sebagai berpikir rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, setidaknya memiliki 3 prasyarat pokok, yaitu
a. Ontologi, secara sederhana filsafat mampu menjawab “apa” yang dipelajari. Ontologi adalah pencarian terhadap sebab-sebab kejadian segala sesuatu, atau latar belakang terjadinya sesuatu. Ontologi mungkin berisi tentang sejarah ataupun pembahasan mengenai asal-usul sesuatu.
b. Epsitimologi, secara sederhana filsafat mampu menjawab “mengapa dan bagaimana” tentang hal yang dipelajarinya itu. Epistimologi berbicara tentang kemunculan ilmu/pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu. Antara ontology dan epistimologi dapat digambarkan demikian. Secara ontology, masyarakat sudah ada sejak adanya manusia secara berkelompok. Namun ilmu tentang masyarakat (sosiologi) baru muncul setelah abad XIX. Secara epistimology, baru pada saat itulah muncul pengetahuan/ilmu mengenai masyarakat.
c. Aksiologi, setidaknya filsafat mampu menjawab “kemana” arah berikutnya untuk menjawab persoalan awal, atau bagaimana selanjutnya. Aksiologi berisi tentang panduan dan tuntunan arah dari filsafat ilmu itu sendiri. Apa yang hendak dicapai, merupakan landasan aksiologi filsafat ilmu.

Obyek Formal Filsafat
Filsafat memiliki banyak konsepsi untuk menjelaskan segala hal. Diantaranya adalah kategori yang menjelaskan kepada kita wilayah dan sifat yang saling berbeda. Pemahaman tentang ini akan membantu kita supaya tidak “kabur” dalam memahami sesuatu. Dalam filsafat dikenal adanya ;
a. Bentuk dan Isi
Bentuk selalu meliputi isi. Bentuk adalah penampakan dari segala sesuatu (isi). Sedangkan isi adalah intinya. Isi yang memberi bentuk kepada kenyataan. Bentuk juga melindungi isi. Antara bentuk dan isi selalu sesuai.

b. Gejala dan Hakekat
Gejala adalah penampakan yang ditangkap indera. Sedangkan hakekat adalah substansinya. Gejala muncul dari hakekat, namun tidak semua gejala sama dengan hakekatnya. Bisa juga gejalanya bertentangan dengan hakekat, jika kondisinya memaksa demikian. Gejala yang nampak pada kapitalisme adalah “humanis” namun hakekatnya penindasan.
c. Sebab dan Akibat
Sebab akan menimbulkan akibat, dan akibat akan menjadi sebab di kemudian hari, begitu seterusnya. Sebab selalu mendahului akibat, dan akibat selalu muncul setelah ada penyebabnya. Hubungan antara sebab dan akibat tidaklah linear. “setiap sebab, selalu mendatangkan akibat, namun tidak semua akibat, berasal dari sebab yang sama”. yang sama”. Misalnya (sebab) manusia dipenggal kepalanya, ia akan mati (akibat). Namun tidak semua manusia mati (akibat), disebabkan kepalanya dipenggal, mungkin karena kecelakaan, dsb.
d. Keharusan dan Kebetulan
Keharusan adalah sesuatu yang tidak boleh tidak, “pasti terjadi”. Keharusan menuntut segala sesuatu dipenuhi. Sedangkan kebetulan adalah tidak tentu, ia merupakan pertemuan antara dua keharusan oleh karena kondisi material.

Jadi Kesimpulanya filsafat adalah: “Pandangan manusia yang paling umum mengenai dunia secara keseluruhan mengenai gejala-gejala alam, masyarakat dan fikiran atau pengetahuan itu sendiri, oleh karenanya masalah hubungan antara fikiran dan keadaan, antara subyektif manusia dengan dunia obyektif”.
Secara garis besar ada dua aliran filsafat yang berkembang, yaitu idealisme dan materialisme, dan kemudian banyak cabang yang berkembang dari dua aliran filsafat tersebut

Pada dasarnya, aliran filsafat berawal dari hal-hal yang material. Filsafat muncul karena manusia melihat, mengalami atau menemui segala sesuatu di dunia ini. Hanya kemudian ada dua sudut pandang utama yang melahirkan corak filsafat dan aliran yang terbagi dalam dua kelompok besar. Perbedaan sudut pandang terletak pada apa yang lebih dahulu (yang primer) dari setiap kenyataan yang ada. Ketika seseorang melihat benda, apa yang lebih dahulu, bendanya yang ada, kemudian manusia menyebutnya dengan sebuah nama, ataukah ide/gagasan/pemikiran tentang benda itu yang lebih dahulu, kemudian melahirkan benda tersebut. Perbedaan ini melahirkan dua kubu utama filsafat, yaitu kubu ide dan kubu materi. Dalam setiap kubu, ada beberapa aliran, tergantung kepercayaan darimana segala sesuatu muncul (substansi).

C. DUA KUBU DALAM FILASFAT
1. IDEALISME
PENGERTIAN
Filsafat yang menekankan pada ide sebagai substansi segala sesuatu (yang primer). Filsafat jenis ini memberi tempat tertinggi kepada akal, jiwa, atau ide manusia. Segala sesuatu tidak tergantung pada materinya, ada atau tidaknya secara fisik. Keberadaan segala sesuatu selalu tergantung dari idenya. Paradigma ini terbagi kedalam 2 aliran besar, yaitu:

Idealisme,
Menurut aliran ini, ide adalah substansi segala sesuatu. Segala yang ada, ditentukan oleh idenya. Sebuah barang disebut gelas, karena ide kita yang menciptakan barang berupa gelas. Bisa juga ada barang serupa yang lain fungsinya, atau lain barang sama fungsinya, namun namanya berbeda, karena ide kita mengatakan lain. Gelas tidak pernah ada jika ide tentang gelas tidak pernah ada. Idealisme terbagi ke dalam beberapa sub aliran, sesuai dari mana datangnya ide tersebut, daintaranya yang paling dominan adalah :

 Idealisme Subyektif:
Ide yang diyakini sebagai substansi adalah ide yang berasal dari diri kita (manusia). Kita menyebut sebuah barang berupa gelas karena ide kita mengatakan bahwa barang tersebut adalah gelas. Idealisme Subyektif dikembangkan oleh george Berkley (1684-1753) filsafat yang menopang kaum borjuasi besar inggris abad ke 18, untuk memperkuat kedudukannya, pandangannya adalah bahwa segala sesuatu yang tertangkap oleh panca indra kita bukanlah suatu kenyataan akan tetapi merupakan khayalan dari ide/perasaan kita. Abad 19 filsafat ini mengambil bentuk yang di sebut Positifisme yang di kembangkan oleh aguste comte (1798-1857) pandanganya adalah bahwa alam/dunia merupakan suatu ciptaan pengalaman manusia, jadi dunia bukanlah suatu kenyataan yang sesungguhnya dunia hanyalah apresiasi pengalaman manusia saja. Menurut Comte, kapitalisme merupakan system yang paling rasional sebagai hasil kemenangan fikiran ilmiah pada tingkatan Empirisme. Sebagai kelanjutan dari positivisme adalah munculnya aliran Pragmatisme yang popular di Amerika serikat. Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain William james (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952), kaum pragmatis ini walaupun mengakui adanya dunia obyektif tetapi menurut mereka dunia obyektif sama sekali tidak ada artinya jika tidak dihubungkan dengan nilai praktis pengalaman manusia. Menurut mereka benar tidaknya pengetahuan atau teori tentang sesuatu bukanlah di ukur dengan sesuai atau tidaknya dengan kenyataan obyektif, melainkan diukur dengan ada atau tidaknya nilai kontan. Perkembangan lain dari filsafat idealisme subjektif adalah eksistensialisme, dengan tokohnhya antara lain Martin Heiddeger (1880-…) dari jerman, kemudian Jean Paul Sartre (1905-…) pokok pandangan dari Eksistensialisme adalah pengakuan bahwa manusia tak mampu mengenal dunia luar yang serba misterius dan rumit, satu-satunya kenyataan yang di kenalnya adalah “aku ada“. Oleh karena itu manusia boleh melakukan perbuatan semaunya, dan itu bisa di capai jika manusia memisahkan dirinya dari individu lain dan masyarakat, karena dalam masyarakat dan hubungan dengan individu lain akan terampas individulitetnya. Filsafat ini sebagai pencerminan ketakutan borjuasi akan kehancurannya yang tidak dapat di elakkan dan sebagai manifestasinya adakalanya berwujud pada tindakan yang kalap. Eksistensialisme dan idealisme obyektif merupakan ladang yang subur bagi tumbuhnya Fasisme dan militerisme.

 Idealisme Obyekltif:
Ide yang diyakini sebagai substansi segala sesuatu adalah ide yang berasal dari luar kekuatan manusia. Alam semesta ini diciptakan dan dikendalikan oleh Tuhan, Dewa, dll. Keyakinan seperti itu biasanya diterima secara luas. Idealisme Obyektif dikembangkan oleh Plato (427-347 SM) penganutnya disebut platonis,pandangan pokoknya adalah dunia yang sekarang ada bukanlah nyata, tetapi dunia bayangan/maya’IDEA" yang abadi dan nyata, dialah yang akhirnya mewakili aliran animisme berkembang,dalam zaman feudal idealisme obyektif mengambil bentuk SKOLATISME (384-322 SM) dengan tokohnya aristoteles, pandangan pokoknya adalah theologia(system hirarki kekuasaan yang menyebutkan bahwa penguasa dunia adalah tuhan dan para raja/pemuka agama adalah wakil terbaiknya di bumi), Spiritualisme,memberi tempat tertinggi pada jiwa. Memandang bahwa jiwa merupakan substansi segala macam. Substansi adanya manusia adalah jiwa, tanpa jiwa, manusia hanyalah seonggok daging hidup. Jiwa manusia menentukan keberadaan manusia itu sendiri. sebagai dasar segala sesuatu,dia juga tidak mengakui kebenaran yang ditemukan oleh ilmu-ilmu yang juga sudah ada sebelumnya,dialah pengabdi setia feudal dan para raja waktu itu, dan beberapa tokoh lain seperti, johanes eirengena (833-880) Schelling (Jerman) Thomas Aquinas (1225-1274), duns scotus (1270-1308), sampai puncaknya ke hegel atau Hegelian, secara umum pandangan filasfat ini mati-matian membela kaum bangsawan baik dalam sejarah kelahiranya maupun dalam situasi sekarang,mereka adalah pengabdi setia tokohisme, dan bapakisme (kultus individu) yang di percaya orang terbaik di dunia, maupun di sekitar kehidupan kita, (istilah soekarno adalah kaum textbook-thinkers/kaum pemuja dogma) golongan ini mengambil bentuk
Rasionalisme
memberi tempat tertinggi pada akal.
Substansi segala sesuatu bisa dijelaskan dengan akal manusia. Bahwa lingkaran memiliki busur 360 derajat, 2+2=4, dll tidak perlu dilakukan percobaan untuk membuktikan, karena secara nalar bisa dijelaskan. Bahwa manusia adalah makhluk yang berakal tidak perlu dibuktikan dengan membedah tubuhnya, karena secara nalar manusia memiliki kelebihan.percontohanya adalah seseorang yang tidak pernah melakukan investigasi tapi berani menyimpulkan permasalahan tersebut,dia hanya mendapatkan informasi dari orang lain akan tetapi dipercayai begitu saja kalau hal ini diteruskan maka kita mudah di pecah dan dikacaukan.karena sandaranya yang penting masuk logika saja.



2. MATERIALISME
PENGERTIAN
Filsafat yang menekankan pada materi yang nyata sebagai substansi segala sesuatu. Segala yang terdapat didunia ini substansinya adalah berada pada ruang dan waktu tertentu. Filsafat ini terbagi ke dalam:

a. Materialisme,
memberi tempat tertinggi pada materi.
Substansi segala macam adalah materi. Materi adalah penentu segala sesuatu. Bahwa segala yang ada didunia ini sebetulnya adalah materi. Bentuk, sifat dan watak ditentukan oleh materinya, susunannya, komposisinya, serta caranya terbentuk. Filsafat materialisme juga terbagi kedalam beberapa aliran, yang dominan sampai sekarang adalah:

 Materialisme Mekanik/metafisis:
Materi yang ada tersebut memiliki fungsi dan peranan sendiri. Dunia tersusun oleh materi yang bergerak membentuk sistem kehidupan sesuai fungsinya masing-masing yang harmonis, misal siklus hujan, matahari terbit, dll, semua berjalan sesuai fungsi dan jalurnya masing-masing. Sistem tersebut dipandang sebagai sesuatu yang tetap dan pasti, akan selalu berputar, serta tidak ada hubungan antar sistem yang berlainan. Siklus matahari, tidak berhubungan dengan siklus air, juga tidak berhubungan dengan siklus rantai makanan makhluk hidup. Materialisme ini muncul seiring degan berkembangnya pengetahuan manusia mengenai alam. Manusia sudah dapat menjelaskan gejala alam secara lebih baik. Dalam perkembanganya filsafat ini mengambil bentuk seperti
Filsafat ini secara dasar pijakanya benar yitu berangkat dari situasi obyektif yang kemudian akan melahirkan sebuah keilmuan yang ilmiah dan sanggup di buktikan di segala zaman,akan tetapi metodhe yang dipakainya masih belum tepat karena mengingkari hokum alam yang terus bergerak dan berkembang sesuai hukumya sendiri.

 Materialisme dialektik:
Materialisme yang memiliki hukum-hukum tertentu. Melihat bahwa materi selalu bergerak, berbeda dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Adanya gerak mandiri, Adanya kekuatan, baik dari dalam maupun dari liuar yang akan mempengaruhi materi, sehingga terjadi perubahan yang tidak akan pernah berulang kembali dan selalu berkembang. Karena tidak ada kondisi yang sama persis terhadap sebuah materi dalam ruang dan waktu berbeda. Perubahan kuantitatif akan menuju kualitatif. Materi sebagai kesatuan organis, sehingga segala sesuatu ditentukan oleh relasi materi dalam ruang dan waktu. Kondisi bumi berbeda antara abad kemarin dan saat ini, walaupun ada siklus musim yang tetap. Materialisme ini muncul dalam suasana pesatnya perkembangan manusia mengenai gejala alam.



D. PERKEMABANGAN DAN SEJARAH MATERIALISME
PENGERTIAN
Materialisme merupakan aliran filsafat yang mempercayai bahwa substansi segala sesuatu adalah materi yang eksis di dunia ini.Sejarah materialisme dimulai pada masa

Pada Abad 7-1 SM
Materialisme Spontanitas/matrealisme primitif

Berkembang dalam masyarakat kepemilkan budak beberapa tokohnya di china,fan wa zu,di India sekolah charvakas, yunani thales, anaximenes,anaximandros, paraminides, demokrotus dsb Awal perkembangan matrealiaisme yang masih sangat baru Thales, dan kawan-kawan. Adalah Democritus dengan konsep “atom”nya, mengatakan bahwa segala hal berasal dari bagian-bagian sampai yang terkecil disebut atom, dan semua itu bisa dipelajari dengan mengamati atom dan gerakannya. Heraclitos berpendapat bahwa "dunia, kesatuan dari keseluruhan, tidak diciptakan oleh Tuhan atau seseorang manusia, tetapi ada sekarang dan seterusnya merupakan api menyala secara sistematis dan padam secara sistematis".segala sesuatu berangkat dari air, bukan air, temekaniktapi berangkat dari api bukan dari api tetapi berangkat dari kayu.dsb
Abad 17-19 M
Materialisme metafisis/matrealisme mekanik

Berkembang dalam masyrkat merkantilisme atau awal dari lahirnya masyrakat borjuasi beberpa tokohnya,di inggris bacon,jerman feurbach,perancis spinoza,jhon lock dan diderot,pokok pandangannya adalah Material yang dimaksud disini hanyalah yang bisa ditangkap dengan indera. Materi dilihat sebagai benda tanpa perubahan, sebuah batu misalnya, tetaplah sebuah batu sampai kapanpun. Demikian juga filsafat ini dalam memandang manusia. Manusia dalam filsafat materialisme dianggap sebagai materi yang tidak jauh berbeda dengan binatang yang berfikir. Benjamin Franklin pernah mendeskripsikan manusia sebagai a tool-making animal. Pandangannya materilis tetapi metodhenya masih metafisis yang hakekatnya tentu juga idealis kemudian,mereka berpandangan segala sesuatu bergantung pada factor eksternal yang mempengaruhi.

Abad 19 M
Materialisme Demokratis Revolusioner

Berkembang dalam masyarakat yang ingin melakukan revolusi petani beberpa tokohnya adalah rusia Alexander,,herzen,norodon,prudhon, dsb, di Bulgaria isio botev,di Serbia markovic pokok pandangannya adalah materialisme yang melawan segala bentuk feodalime dan penindasan.
Kemudian materialisme mengalami perkembangan pada zaman Aufklarung. Dimana materi dilihat sebagai sebuah sistem yang memiliki pola tetap, materi bergerak dalam tatanannya masing-masing. Materialisme ini memahami gerak benda, namun gerak yang dipahami itu selalu tetap, tanpa perubahan (hanya siklus) dan antara satu sama lain tidak berhubungan. Materialisme ini memandang manusia seperti sebuah mesin, atau mereduksi seluruh tingkah laku manusia menurut hukum fisika dan kimia. Tokoh materialisme ini adalah Ludwig Bouenchner (1824-1899) dengan sukses besar dengan karyanya Kraft und Stoff (Daya dan Materi) dan Ernst Haeckel (1834-1919) yang mempopulerkan teori evolusi dengan menggunakan prinsip-prinsi materialisme.


Abad 19-20 M
Materialisme Dialektika Historis

Berkembang di zaman kapitalisme awal sampai kepada puncak tertingginya yaitu imperialisme beberapa tokohnya adalah Marx. Engels, Lenin, Stalin, Mao Tse Tung,
Pokok pandangannya materialisme methodenya dialektik yang menentukan perkembangan masyrakat adald corak produksi dan perkemabnagan tenaga produktif.dalam perubahan sosial kelas buruh memiliki peran cukup menentukan dan rakyat tertindas lainya.
Munculnya materialisme baru, yaitu materialisme dialektik, yang dikembangkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan F. Engels (1804-1895). Materialisme ini timbul sebagai reaksi terhadap idealisme. Materialisme ini memahami gerak yang ada pada materi adalah gerak maju yang selalu berkembang, muncul dari pertentangan yang ada, saling berhubungan antara satu kenyataan dengan kenyataan lainnya. Materialisme ini juga melihat bahwa yang material, bukan hanya benda yang bisa ditangkap oleh indera, namun juga kenyataan yang hadir dalam kehidupan sosial. Materialisme ini menjadi aliran filsafat yang cukup besar dan populer pada saat itu.
Pada permulaan abad 19, kapitalisme di Jerman sedang tumbuh. Untuk melawan kaum liberal (borjuasi demokratik), borjuasi lama (bangsawan feodal) juga menggunakan filsafat sebagai senjata menghadapi kekuatan liberal yang baru tumbuh. Periode ini di Jerman merupakan jaman filsafat klasik Jerman (idealisme romantik). Adalah G.W.F Hegel yang membawa filsafat ini sampai puncak kejayaannya, ia bahkan disebut sebagai Professor Professorum (biangnya Profesor). Begitu menggemanya Hegel, bahkan setiap filsuf Jerman tak dapat melepaskan diri dari bayang pemikiran Hegel.
Setting sosial ketika Hegel hidup adalah zaman dimana Eropa mulai membara. Revolusi Perancis 1789, mengimbas sampai ke Jerman. Revolusi Perancis, terpatahkan dengan munculnya diktatur militer Napoleon Bonaparte. Jerman sebagai negara Federasi kerajaan-kerajaan kecil diserang sehingga hancur. Salahsatu negara kecil di jerman adalah Prusia yang diperintah kaisar Wilhelm. Tuntutan kaum liberal untuk membentuk pemerintahan demokratais, karena terpengaruh revolusi Perancis, ditanggapi secara politik oleh kaisar. Monarkhi Konstitusi yang sedikit beraroma liberal (untuk mengakomodasi liberal) ditetapkan oleh Wilhelm sebagai kompromi antara borjuis lama dan kapitalis yang baru muncul. Namun kemudian dengan kekuatan tentara kaum liberal kapitalis dihancurkan oleh Wilhelm.
Saat itu, di Jerman orang-orang pintar dipekerjakan oleh negara sebagai ideolog, termasuk Hegel, walaupun sebenarnya Hegel berasal dari kalangan liberal. Posisi Hegel ini akan tercermin dalam filsafatnya. Idealisme Hegel telah banyak memberi kontribusi kepada negara Monarkhi Prusia dalam memandang setiap gerakan yang melawan negara sebagai Anarkhisme. Pernyataan Hegel bahwa “yang rasional adalah yang riil dan yang riil adalah rasional”, melegitimasi semua ketentuan negara waktu itu. Apapun yang ditetapkan negara (riil) adalah rasional, oleh karena itu yang menentang negara adalah tidak rasional dan harus diberantas.
Filsafat Hegel adalah Idealisme Absolut, dimana mengharuskan penyingkiran terhadap segala sesuatu yang nisbi, dan kembali kepada yang mutlak. Sementara capaian yang terbesar dari filsafat Hegel adalah dialektika. Hegel menjadi pelopor dalam metode berfilsafat. Jika sebelumnya orang berkubang pada metafisika, maka dengan berani Hegel menggunakan dialektika modern untuk menggambarkan perubahan dunia yang terjadi. Berbagai macam peristiwa di Eropa waktu itu menjadi bahan yang amat berharga bagi Hegel. Bahwa segala sesuatu itu terus berkembang (tidak tetap) yang disebabkan karena kontradiksi (pertentangan) intern yang tidak terdamaikan. Sebuah kondisi akan dinegasikan (ditiadakan) oleh kondisi yang lain. Ia menolak teori evolusi linear, dan menawarkan konsep Thesis – antithesis - synthesis. Juga menurut Hegel, manusia sebagai individu sangat tidak mungkin menghadapi perubahan. Ide absolut yang telah “merancang” perubahan, memerlukan “agen tersebut, dan dalam situasi dimana Hegel berada, negara-lah yang sanggup melakukannya. Ia memandang negara mempunyai kehendak sejarah. Dan Hegel mengatakan bahwa perubahan yang akan terjadi memang sudah digariskan oleh kekuatan di luar manusia, yang mengendalikan alam, yaitu ide absolut (disinilah keterjebakan Hegel dalam idelisme kaum feodal). Sebenarnya Hegel ingin menegaskan bahwa menurut kekuatan ide absolut, sekaranglah giliran kaum borjuis untuk berkuasa menggantikan bangsawan, sebagai hasil dari pertentangan antara keduanya.
Filsafat Hegel yang demikian merupakan cerminan dari kelas waktu itu. Hegel merupakan bagian dari borjuasi demokratik yang sangat kompromis dengan feodalisme. Satu sisi ia tunduk pada kekuasaan Wilhelm, disisi lain ia menginginkan perubahan pada kekuasaan negara. Kondisi ini memang terjadi pada borjuasi liberal di Jerman ketika itu, yang harus berhadapan dengan borjuasi feudal yang terlalu kuat.
Pada pertengahan abad XIX, filsafat tumbuh subur di Jerman, yang dikenal dengan filsafat Romantis. Filsafat Hegel ini kemudian hari terbagi menjad dua. Satu kelompok percaya pada idealisme absolutnya (Hegelian Kanan), sementara kelompok lainnya percaya pada metode dialektiknya (Hegelian Kiri).
Idealisme Hegel kemudian ditentang oleh Feuerbach dengan filsafat materialismenya. Feuerbach mengatakan bahwasannya agama (kepercayaan terhadap kekuatan di luar manusia) merupakan ciptaan manusia belaka sebagai pelarian dari penderitaan akibat penindasan di dunia. Tidak ada kekuatan absolut yang menggariskan perubahan, semua itu ditentukan oleh keadaan manusia sendiri. Materialisme Feuerbach ini kemudian didukung oleh Marx dan Engels, namun tidak sepenuhnya mereka dukung. Marx dan Engels mengambil dari materialisme Feuerbach "inti-sari"nya. mengembangkannya menjadi pemikiran ilmiah dengan membuang belenggu feodalnya. Walaupun Feuerbach seorang materialis, namun ia keberatan terhadap nama materialisme. Sekalipun pada dasarnya materialis, Feuerbach tetap terikat oleh belenggu idealis yang feodal dan materialismenya cenderung metafisik.

MATERIALISME MARX
Materialisme sebelum Marx, menurut Engels mengalami kegagalan dalam memahami dan menjelaskan perkembangan, serta menginterpretasikan persoalan-persoalan sosial (Dutt, 1964). Materialisme sebelum Marx memahami materi hanya benda, mereka tidak pernah membicarakan kehidupan sosial sebagai kenyataan material. Materialisme Marx bukan paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah materi seperti yang diajarkan mazhab sebelumnya. Lebih jauh materialisme Marx mengatakan bahwa segala kenyataan/gejala yang ada baik di alam maupun masyarakat merupakan material. Manusia dijadikan kunci untuk memahami realitas dan materi masyarakat. Maka jelas disini perbedaan materialisme Marx dengan materialisme sebelumnya, materialisem Marx jauh lebih mendalam memahami materi, bukan sekedar benda, namun pada kehidupan social. Materialisme Marx memandang ada dua macam materi, yaitu kenyataan alam dan kenyataan social.
Materi bukan sesuatu yang pasif dan lemah, tetapi penuh kekuatan dan energi. Pengertian materi ini sering digunakan untuk mengungkapkan hal-hal (Bottomore, 1982):
1. Kehidupan material (material life)
2. kondisi-kondisi kehidupan material (material condition of life)
3. Kekuatan-kekuatan produktif material (material productive force)
4. Cara produksi kehidupan material (modes of production of material life)
5. Transformasi material kondisi produksi ekonomi (material transformation of the economic condition of production)
Filsafat Marx merupakan perlawanan terhadap segala bentuk pemikiran utopia yang idealistik, sebagaimana eksperimen Owen dan Kingsley yaitu membangun komunitas ideal atas dasar prinsip-prinsip Kristiani, yang dianggap hanya sebagai katalistik. Pemikiran utopis dan idealistik waktu itu merupakan alat penguasa feodal untuk terus menundukkan perlawanan rakyat. Mereka menganggap alam sebagai simbol ke”ilahian” dan berbicara secara teologis sebagai legitimasi kekuasaan, pemikiran seperti ini merupakan pemikiran pra ilmiah. Filsafat ini disebut sebagai sosialisme ilmiah yang merupakan perlawanan terhadap bentuk idealisme dan positivisme. Perubahan pemikiran yang sangat radikal dalam filsafat dicetuskan oleh Marx dengan mengatakan bahwa “selama ini para filosof “hanya bisa mengambarkan dunia, namun tidak pernah berbicara bagaimana mengubah dunia”. Marx menegaskan bahwa filsafat merupakan alat untuk mengubah dunia. Positivisme ditentang karena berakhir pada "skeptisisme ilmiah" dan gagal mempengaruhi masyarakat. Marx lebih menaruh perhatian pada perubahan dan reinterpretasi proses alam dibanding menjelaskan hukum-hukum alam seperti yang dilakukan positivisme.
Materialisme Marx mengatakan bahwa dunia menurut sifat asalnya adalah materiil, bahwa segala hal yang ada di dunia merupakan bentuk materi yang bergerak, ada saling-berhubungan dan saling-bergantungnya gejala-gejala, sebagaimana ditetapkan oleh metode dialektis, adalah hukum perkembangan materi yang bergerak, dan bahwa dunia berkembang sesuai dengan hukum gerak materi dan tidak memerlukan ide absolut sebagai pengendali. Materi, adalah kenyataan objektif yang berada di luar dan terlepas dari kesadaran kita. Materi adalah primer, materi akan menentukan ide manusia dan kesadarannya, dan bahwa kesadaran, adalah sekunder, akibat dari refleksi materi, yang dikelola otak, dan otak adalah alat untuk berfikir; maka kita tidak bisa memisahkan fikiran dari materi sebagai prasyarat primernya. Marx mengatakan “ tidaklah mungkin untuk memisahkan pikiran dari materi yang berpikir. Materi adalah subyek dari semua perubahan”. Kemudian ditambahkan "dunia materiil, yang ditangkap indera termasuk diri kita sendiri, adalah satu-satunya kenyataan.... Kesedaran dan pemikiran kita, walaupun seolah di luar tangkapan indera, adalah hasil anggota tubuh jasmani yang materiil, yaitu otak. Materi bukan hasil kesedaran, tapi kesedaran itu sendiri hasil tertinggi dari materi". (Karl Marx, Pilihan Tulisan, Edisi Rusia, Djilid 1, hal. 332).
Materialisme Marxis berpendapat bahwa dunia dan hukum-hukumnya sepenuhnya bisa diketahui, bahwa pengetahuan kita tentang hukum alam, yang diuji dengan percobaan dan praktek, adalah pengetahuan yang benar karena memiliki kekuatan kebenaran objektif. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang merupakan tidak bisa diketahui, memang ada hal-hal yang belum diketahui, namun dengan kekuatan ilmu pengetahuan, suatu saat akan diketahui juga. Demikanlah materialisme Marxis sebagai filsafat ilmiah, mendasarkan kebenarannya pada pembuktian secara ilmiah. Satu demi satu hukum-hukum Materialisme Marxis dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan.

1. HUB MATERI DAN IDE
Dari mana datangnya ide yang benar
Orang materialis berpendapat bahwa hanyalah praktek sosial manusia saja yang menjadi ukuran kebenaran dari pengetahuannya tentang dunia luar Sebenarnya. pengetahuan manusia menjadi teruji hanya apabila dia di dalam proses praktek sosial (dalam proses produksi materiil, proses perjuangan klas dan percobaan ilmiah), mencapai hasil-hasil yang diharapkan. Jika manusia hendak mencapai sukses dalam pekerjaannya, yaitu, mencapai hasil-hasil yang diharapkan, maka dia harus menyesuaikan pikiran-pikirannya dengan hukum-hukum dunia objektif di sekelilingnya; jika pikiran-pikiran itu tidak cocok, maka dia akan gagal dalam praktek. Jika dia gagal dia akan menarik pelajaran dari kegagalannya, mengubah ide-idenya, guna disesuaikan dengan hukum-hukum dunia objektif dan dengan begitu baru bisa mengubah kegagalan menjadi sukses; inilah yanq dimaksudkan dengan "kegagalan adalah ibu sukses", dan dengan "jatuh kedalam lubang, suatu keuntungan dalam akal".
Teori materialisme dialektis tentang pengetahuan mengangkat praktek pada tempat pertama. berpendapat bahwa pengetahuan manusia sedikipun tidak dapat dipisahkan dari praktek, dan menolak semua teori yang tidak tepat yang tidak mengakui arti penting praktek atau yang memisahkan pengetahuan dari praktek. Demikianlah Lenin berkata. "Praktek adalah lebih tinggi daripada pengetahuan (teori) karena ia tidak hanya mempunyai nilai keumuman tapi juga nilai realitet yang langsung.[1]
Filsafat Marxis, yaitu materialisme dialektis, mempunyai dua ciri yang sangat menonjol: yang satu ialah watak klasnya, pernyataannya yang terang-terangan bahwa materialisme dialektis mengabdi kepada masa depan rakyat: hal lainnya ialah segi kepraktisannya, tekanannya pada ketergantungan teori pada praktek, tekanan pada praktek sebagai dasar teori yang sebaliknya mengabdi (diuji) kepada praktek. Dalam menimbang kebenaran pengetahuan atau teori, orang tak dapat hanya bergantung pada perasaan-perasan subyektifnya mengenai teori itu, tetapi pada hasil objektifnya di dalam praktek sosial. Hanyalah praktek sosial yang dapat menjadi ukuran kebenaran. Pendirian praktek adalah pendirian yang pertama dan pokok di dalam teori materialisme dialektis tentang pengetahuan.[2]
Tetapi bagaimana toh timbulnya pengetahuan manusia dari praktek dan sebaliknya mengabdi kepada praktek? Hal ini menjadi terang sesudah menilik sepintas lalu proses perkembangan pengetahuan.
Sebenarnya manusia, dalam proses praktek, melihat mula-mula hanya gejala-gejala dari berbagai segala sesuatu, segi-seginya yang terpisah-pisah, hubungan-hubungan luarnya. Misalnya, beberapa kawan sedang melakukan ISAK dan peninjauan; pada hari pertama atau kedua, mereka melihat topografi (perpetaan), jalan-jalan dan rumah yang mengelilingi sebuah kampus; menemui sejumlah orang-orang yang beraktivitas di kampus, mengunjungi mahasiswa di lembaga internal kampus,di kantin kampus, pertemuan-pertemuan petang hari dan rapat-rapat besar di BPK atau PK; mendengar berbagai macam pembicaraan dikalangan mahasiswa; dan membaca berbagai-bagai selebaran yang tertempel di mading atau beberapa dokumen-kesemuanya ini adalah gejala-gejala sesuatu yang ada, segi-segi yang terpisah-pisah dari segala sesuatu, hubungan-hubungan luar di antara segala sesuatu yang ada itu. Ini dinamakan tingkatan pengetahuan persepsi, yaitu, tingkatan dari persepsi–persepsi (penginderaan) yang di terima dan impresi' (kesan). Yaitu, berbagai segala sesuatu di kampus yang sedang kita investigasi, mengenai panca-indera para anggota rombongan peninjau itu, menimbulkan persepsi - persepsi pada mereka, dan meninggalkan dalam pikiran mereka banyak impresi, bersama-sama dengan suatu ide tentang hubungan-hubungan luar yang umum diantara impresi (kesan), ini adalah tingkatan pengetahuan yang pertama. Pada tingkatan ini, manusia belum bisa membentuk konsep-konsep yang mendalam atau menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan logika.
Karena praktek sosial terus berlangsung, maka berbagai hal yang menimbulkan persepsi'-persepsi dan impresi-impresi manusia selama dalam prakteknya yang diulangi berkali-kali; kemudian terjadilah suatu perubahan yang tiba-tiba (suatu lompatan) dalam proses pengetahuan dalam pikiran manusia, yang mengakibatkan timbulnya konsepsi-konsepsi. Konsepsi yang sedemikian itu tidak lagi merupakan hanya melihat gejala-gejala sesuatu, segi-seginya yang terpisah-pisah, atau hubungan-hubungan diluarnya, tetapi sudah mampu merangkum hakekatnya, keseluruhannya dan hubungan-hubungan di dalamnya (internnya). Konsepsi berbeda dengan persepsi tidak hanya secara kwantitatif tetapi juga secara kwalitatif. Berjalan terus lebih jauh dan menggunakan metode menimbang serta menarik kesimpulan, kita kemudian dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai denqan logika. Apa yang terjadi tentang situasi kampus kita yang kemudian mendorong kita untuk mengajak, “Mahasiswa sekarang di rugikan oleh kebijakan, karena itu mari kita berjuang” dengan mengerutkan kening orang mendapat siasat", atau dalam bahasa kita sehari-hari "nanti dulu, saya pikir ya" itu justru menunjukkan kepada prosedur manusia memakai konsepsi-konsepsi dalam pikirannya untuk membentuk pertimbangan-pertimbangan dan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ini adalah tingkatan pengetahuan yang kedua.
Para anggota rombongan atau team ISAK itu, sesudah mengumpulkan berbagai macam bahan-bahan dan selanjutnya "memikirkan bahan-bahan itu", mereka bisa sampai pada keputusan berikut: "menetapkan program perjuangan massa, dengan memperkuat dan memperteguh kerja sama untuk mengucilkan musuh-musuh di kampus. ini adalah keputusan yang lahir dari analisis kongkrit dari situasi kongkrit kampus yang sungguh-sungguh, tulus dan jujur". Sesudah mengambil keputusan ini, mereka dapat menjalankan rencana/program untuk pembebasan mahasiswa dari ketertindasan dan lebih luasnya adalah pembebasan nasional demokratis, maju selangkah lebih jauh dan menarik kesimpulan berikut: “memperkuat dan memperteguh ormas demnas sebagai alat perjuangan massa yang sejati". Dalam seluruh proses pengetahuan manusia tentang sesuatu, konsepsi, pertimbangan dan kesimpulan merupakan tingkatan yang lebih penting, tingkat pengetahuan rasionil. Tugas pengetahuan yang sesungguhnya ialah mencapai pikiran melalui persepsi, mencapai pengertian secara berangsur2 tentang kontradiksi-kontradiksi intern dari segala sesuatu yang objektif, hukum-hukumnya dan hubungan2 intern dari berbagai-bagai proses yaitu mencapai pengetahuan yang logis. sebab mengapa pengetahuan yang logis itu lain dengan pengetahuan persepsi, karena pengetahuan persepsi adalah mengenai segi2 yang terpisah2, gejala2, hubungan-hubungan luar dari segala sesuatu; sedangkan pengetahuan logis mengambil langkah maju yang besar untuk mencapai keseluruhan, hakekat dan hubungan2 intern dari segala sesuatu ; menyingkapkan kontradiksi2 intern dari dunia sekeliling, dan oleh karena itu sanggup menangkap perkembangan dunia sekeliling dalam keseluruhannya, dalam hubungan-hubungan intern di antara semua seginya.
Teori materialis dialektis tentang proses perkembangan pengetahuan sedemikian itu, berdasarkan praktek dan mulai dari yang dangkal sampai pada yang dalam, tidak pernah diajukan oleh siapapun juga sebelum lahirnya Marxisme. Materialisme Marxis untuk pertama kalinya secara tepat memecahkan masalah proses perkembangan pengetahuan, menunjukkan baik secara materialis maupun secara dialektis proses pengetahuan yang mendalam, proses bagaimana pengetahuan persepsi berubah menjadi pengetahuan logis melalui praktek yang kompleks dan berulang2 secara tetap dari produksi dan perjuangan klas manusia dalam masyarakat. Lenin berkata: "Konsepsi yang abstrak mcngenai materi, tentang hukum alam, tentang nilai ekonomi atau sesuatu abstraksi ilmiah lainnya (yaitu yang tepat dan pokok" tidak palsu atau dangkal) mencerminkan alam secara lebih dalam, lebih sebenarnya dan lebih sepenuhnya".[3] Marxisme berpendapat bahwa ciri2 dari dua tingkatan proses pengetahuan itu ialah bahwa, pada tingkatan yang lebih rendah, pengetahuan itu menampakkan diri dalam bentuk persepsi, sedang pada tingkatan yang lebih tinggi ia menampakkan diri dalam bentuk logis; tetapi kedua tingkatan itu termasuk dalam satu proses pengetahuan yang tunggal. Persepsi dan akal adalah berlainan sifatnya, tetapi tidak terpisah satu dengan lainnya, mereka dipersatukan atas dasar praktek.

Ide mempunyai peranan memimpin perkembangan sebuah matreri
Apabila kita sampai di sini, apakah proses pengetahuan sudah selesai? Jawaban kita: ya dan tidak. Apabila manusia dalam masyarakat mencurahkan diri pada praktek mengubah suatu proses obyektif tertentu pada tingkatan perkembangannya tertentu (apakah mengubah proses alam atau proses sosial), maka dengan pencerminan proses obyektif itu dalam pikirannya dan dengan berlakunya aktivitet subyektifnya sendiri, dia dapat memajukan pengetahuannya dari yang bersifat persepsi sampai pada yang rasionil dan melahirkan ide-ide, teori-teori rencana-rencana atau program-program yang pada umumnya cocok dengan hukum-hukum dari proses obyektif itu; dia kemudian mempraktekkan ide-ide, teori-toeri, rencana-rencana atau program ini dalam proses objektif yang sama itu: dan proses pengetahuan mengenai proses yang kongkrit ini dapat dianggap sebagai sudah selesai. jika dia melalui praktek dalam proses objektif itu, dapat mewujudkan tujuannya yang ditetapkan lebih dulu yaitu jika dia dapat mengubah atau pada umumnya mengubah ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program yang ditetapkan lebih dulu itu menjadi kenyataan. Misalnya, dalam proses mengubah alam, seperti dalam pelaksanaan rencana pembangunan mesin-mesin, pengujian hipotesa ilmu, pembikinan perkakas atau alat-alat, pemungutan hasil-bumi; atau dalam proses mengubah masyarakat, seperti dalam kemenangan suatu pemogokan, kemenangan suatu peperangan, pelaksanaan rencana pendidikan-kesemuanya ini dapat dianggap sebagai perwujudan tujuan-tujuan yang ditetapkan lebih dulu. Tetapi berbicara secara umum, baik dalam praktek, mengubah alam maupun mengubah masyarakat, ide-ide, teori-teori, rencana, atau program-program orang yang asli jarang yang dilaksanakan tanpa sesuatu perubahan apapun. Ini adalah karena orang-orang yang melakukan pengubahan realitet menderita banyak pembatasan-pembatasan: mereka terbatas tidak hanya dalam syarat-syarat ilmu dan teknologi, tapi juga dalam tingkat perkembangan dan penyingkapan proses objektif itu sendiri (dalam kenyataan bahwa segi-segi dan hakekat dari proses objektif itu belum disingkapkan sepenuhnya). Dalam keadaan sedemikian itu, ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program seringkali diubah sebagian dan kadang-kadang bahkan diubah sama-sekali bersama-sama dengan didapatnya hal-hal yang tak tersangka-sangka selama dalam praktek. Artinya, ada terjadi bahwa ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program yang asli sebagian atau seluruhnya bisa tidak sesuai dengan realitet dan sebagian atau sama-sekali tak tepat. Dalam banyak hal, kegagalan harus diulangi beberapa kali sebelum pengetahuan yang salah dapat dibetulkan dan dibikin cocok dengan hukum-hukum proses objektif, sehingga hal-ikhwal yang subyektif dapat diubah menjadi hal-ikhwal yang objektif, yaitu hasil-hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam praktek. Tetapi bagaimanapun juga, pada titik sedemikian itu proses pengetahuan manusia tentang suatu proses objektif tertentu pada tingkatan perkembangannya yang tertentu dipandang sebagai sudah selesai.
Akan tetapi mengenai proses pengetahuan manusia tidak bisa ada habisnya. Karena setiap proses, baik dalam dunia alam maupun dunia sosial, maju dan berkembang melalui kontradiksi-kontradiksi dan perjuangan-perjuangan internnya, maka proses pengetahuan manusia mesti pula maju dan berkembang sesuai dengan itu. Dalam hubungan dengan gerakan sosial, seorang pemimpin yang betul-betul progresif tidak hanya harus cakap dalam membetulkan ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-programnya apabila kedapatan salah, seperti telah kita lihat, tapi juga dia harus cakap, apabila suatu proses objektif tertentu sudah maju dan berubah dari satu tingkatan perkembangan ketingkatan perkembangan lainnya, membikin dia sendiri dan semua kawan-kawan progresif memajukan dan meninjau-kembali ide-ide mereka yang subjektif sesuai dengan itu, artinya, dia harus mengusulkan tugas-tugas aktifis maju baru dan program-program kerja baru sesuai dengan perubahan-perubahan dalam situasi baru itu. Situasi-situasi berubah dengan sangat cepatnya dalam periode tertentu misalnya gerakan massa sudah men ingkat; kalau pengetahuan kaum progresif tidak berubah dengan cepat sesuai dengan situasi yang telah berubah itu, maka mereka tidak dapat memimpin perubahan menuju kemenangan.
Akan tetapi seringkali terjadi bahwa ide-ide ketinggalan di belakang kejadian-kejadian yang sesungguhnya; ini adalah karena pengetahuan manusia terbatas oleh banyak syarat-syarat sosial. Kita menentang orang-orang kepala batu di dalam barisan-barisan anggota kita yang ide-idenya, tidak bisa maju bersama-sama dengan perubahan keadaan-keadaan obyektif, menyatakan diri menurut sejarah sebagai oportunisme kanan. Orang-orang ini tidak melihat bahwa perjuangan-perjuangan yang timbul dari kontradiksi-kontradiksi sudah mendorong maju proses obyektif, sedang pengetahuan mereka telah berhenti pada tingkatan lama. Ini mensifatkan ide-ide semua orang kepala batu. Dengan ide-ide mereka yang tercerai dari praktek sosial, mereka tidak dapat berguna untuk membimbing kereta massa yang sudah berani berdemonstrasi dimana-mana; mereka hanya dapat membuntut dibelakang kereta dengan mengomel katanya keretanya berjalan terlalu cepat dan berusaha menyeretnya kebelakang serta menyuruhnya berjalan ke jurusan yang berlawanan.
Materi tidak boleh didiamkan Peranan ide/theori memimpin, Mengarahkan perkembangan dan perubahan materi tersebut, Disinilah pengertian ide tidak bersifat pasif tapi justru sebaliknaya harus bersifat aktif mendorong kemajuan materi tersebut, karena theori mempunyai fungsi untuk memajukan praktek dan menyinari/memandu praktek, ibarat orang berjalan pada malam hari theori seperti lampu penerangnya, maka sangat tepat jika kawan Vladimir ilyich berpendapat bahwa tidak ada praktek revolusioner tanpa di pandu theori revolusioner, begitu besarnya peranan theori sebagai pimpinan praktek

Materi------------------Ide--------------------Materi
Praktek----------------Theori----------------Praktek
Massa------------------Pimpinan-------------Massa

2. KESALING HUBUNGAN MATERI
- Saling Hubungan Organis (Materi Sebagai Kesatuan Organis)
Materialisme Dialektik memandang materi sebagai keseluruhan yang saling berhubungan dan utuh. Materi memiliki gejala yang secara organik saling-berhubungan, saling bergantung dan saling menentukan. Hubungan tersebut tak terpisahkan antara sebuah materi dengan gejala disekelilingnya. Kesehatan manusia akan dipengaruhi juga oleh kondisi alam, demikian juga kelakuan manusia akan mempengaruhi kondisi alam, dan juga akan mempengaruhi kehidupan binatang dan tumbuhan. Begitu juga binatang dan tumbuhan akan mempengaruhi hidup manusia, dan kelangsungan hidup binatang dan tumbuhan dipengaruhi oleh kelakuan manusia.
Maka jelaslah bahwa materialisme dialektik berbeda dengan materialisme metafisik yang melihat materi dalam keadaan diam dan tetap. Juga berbeda dengan materialisme mekanik yang memandang gerak materi adalah gerak yang tetap (seperti mesin).
Materilaisme dialektik melihat kenyataan yang ada bukan sebagai tumpukan semata, namun saling berhubungan secara organis satu sama lain dan terus menerus bergerak. Bergeraknya satu kenyataan, akan memperngaruhi gerak kenyataan yang lain.

- Saling Hubungan Menentukan
Saling hubungan menentukan adalah hubungan yang paling hakiki, yang menentukan ada tidaknya segala sesuatu atau keberadaan sesuatu itu sendiri. Hakekat keberadaan segala sesuatu karena sesuatu merupakan hubungan menentukan Munculnya buruh ditentukan oleh ada tidaknya kapitalisme. Antara kemunculan kapitalisme yang menindas dan buruh yang tertindas merupakan hubungan menentukan.

- Relasi Hubungan Pokok dan Non Pokok
Dalam setiap gejala dan kenyataan (materi), akan saling mempengaruhi satu sama lain, namun hubungan tersebut harus dilihat dalam derajatnya masing-masing. Dalam beberapa kenyataan, ada bermacam-macam pertentangan juga yang terjadi. Pokok atau tidak pokok, kan ditentukan oleh posisi dan kedudukannya.
Hubungan pokok adalah hubungan yang berkaitan langsung dengan pokok pertentangan, misalnya antara Mahasiswa dengan birokrasi kampus. Kedua kelompok ini saling berhadapan, perubahan secara pokok akan ditentukan oleh bangkit atau tidaknya mahsiswa. Faktor determinan (menentukan) adalah seberapa kuat gerakan Mahasiswa akan bangkit. Hubungan pokok akan menentukan factor pokok, factor pokok akan menentukan perubahan.
Sedangkan hubungan non pokok adalah hubungan dengan faktor diluar itu, yang akan mendukung perubahan. Misalnya mahasiswa, petani, professional, dll. Hubungan antara Mahasiswa dengan buruh, professional, dll itu merupakan hubungan non pokok, sehingga melahirkan factor non pokok. Artinya derajat hubungan mahasiswa dengan buruh, professional, dll hanya akan memberi pengaruh pada perubahan tersebut, bukan menentukan perubahan.

- Saling Hubungan Keharusan dan Kebetulan
Hubungan keharusan adalah hubungan yang tidak boleh tidak, atau tidak bisa ditiadakan. Kemenangan kaum tertindas, adalah karena terbangunnya kekuatan yang tangguh dan padu melawan kaum penindas.
Sedangkan hubungan kebetulan adalah kenyataan-kenyataan yang keberadaannya tidak menentu, bisa ada atau tidak. Atau merupakan pertemuan dua keharusan. Jika sebuah kenyataan muncul, maka ia akan memberi pengaruh, namun jika tidak, tidak akan menghilangkan kenyataan yang telah ada. Kapitalisme memerlukan sumber alam untuk dieksploitasi, rakyat pedalaman juga memerlukan untuk hidup. Keduanya memiliki hubungan keharusan. Kapitalis harus mencari sumber alam, rakyat pedalaman harus menjaga alamnya. Jika bertemu, akan terjadi sengketa. Kedua keharusan tersebut bertemu dan akan mempengaruhi keduanya. Jika sumberdaya alam terdapat di tempat lain, pertentangan tersebut juga terjadi di tempat lain. Mengenai pertanyaan “mengapa sumberdaya alam tertentu terdapat di tempat tertentu, ini bukan kebetulan (dijelaskan oleh ilmu alam; kondisi tersebut merupakan perwujudan alam yang material). Ini membuktikan tidak adanya kenyataan yang tidak material.

3. MATERI BERGERAK DAN BERKEMBANG
Alam dan seisinya tidaklah berada dalam keadaan diam dan statis, melainkan terus menerus bergerak dan berubah, menuju pada kondisi baru. “Tidak ada sesuatupun yang diam di dunia ini”. Lapisan bumi senantiasa bergeser, anak gunung Krakatau setelah meletus terus meninggi, dll. Walaupun kita melihat benda, sebuah buku misalnya, walaupun buku itu tergeletak di rak, namun partikel didalamnya terus bergerak, electron-elektron di buku itu terus bergera, berotasi mengelilingi positron. Materi senantiasa rontok dan mati, timbul dan berkembang. Karena itu metode dialektis menghendaki, supaya gejala-gejala dilihat juga dari sudut gerak, perubahan, perkembangan, kelahiran dan kematiannja. Metode dialektis tidak menganggap penting apa yang pada saat tertentu kelihatan tahan lama, tetapi apa yang sedang tumbuh dan berkembang, sekalipun pada saat tertentu mungkin nampaknya tidak tahan lama, karena metode dialektis memandang yang abadi hanyalah apa yang sedang tumbuh dan berkembang.

Materialisme dialektik memandang bahwa eksistensi materi, hanya ada ketika dia bergerak. Gerak adalah bentuk eksistensi (keberadaan dalam ruang dan waktu) materi. Materi adalah sebuah keberadaan dalam ruang dan waktu, bahkan waktu terus bergerak. Artinya keberadaan segala sesuatu ditentukan oleh geraknya mengikuti waktu.
4. MATERI BERGANTUNG PADA RUANG DAN WAKTU
Dengan prinsip segala sesuatu berada dalam keadaan senantiasa bergerak dan berkembang, konsekuensinya adalah hilangnya yang lama dan tumbuhnya yang baru. Maka tidak ada sesuatupun atau gejala apapun yang sama persis dalam ruang dan waktu yang berbeda. Adanya kondisi yang terus berubah, akan mempengaruhi segala hal. Adanya gerak dalam setiap materi dan kenyataan, juga akan melahirkan kondisi baru. Cara berpikir dan tingkah laku kita akan berupah dari kanak-kanak, menjadi remaja dan dewasa, ini karena perbedaan kondisi, ruang dan waktu. Dalam hitungan detik, unsur kimia bisa bereaksi dan berubah, vitamin A dan C jika dipanaskan akan berubah, mungkin hancur.
Seperti prinsip di atas, segala materi memiliki gerak dalam ruang dan waktu. Dan factor luar akan memberi pengaruh. Maka segala kondisi materi tidak lain adalah terus berubah menurut kondisi, ruang dan waktu. Bahkan sebuah benda tidak akan pernah sama dengan dirinya sendiri. Jika kita mengatakan bahwa materi sama dengan dirinya sendiri, maka kita menafikkan keberadaan waktu yang terus berjalan, atau ruang yang selalu berbeda. Dengan begitu, hukum dialektik mengatakan, perubahan yang terjadi dalam setiap materi tidak akan pernah kembali pada posisi semula, tidak ada dua kondisi yang sama persis. Gerak perubahan yang terjadi akan selalu mengalami peningkatan secara kualitatif. Inilah perbedaan utama materialisme dialektik dengan materialisme mekanik. Materialisme mekanik mengakui adanya gerak materi, namun gerak itu berupa siklus, yang akan kembali pada kondisi semula (berputar seperti halnya mesin). Materialisme mekanik juga tidak memahami adanya hubungan antar setiap kenyataan, gejala, materi yang ada, masing-masing dilihat secara terpisah.
Materialisme dialektik melihat bahwa gerak yang terjadi, selalu menglami peningkatan kualitatif dan tidak akan pernah kembali pada kondisi semula. Walaupun ada dua kondisi yang kelihatannya sama, itu hanyalah dalam beberapa hal saja, karena secara kualitatif berbeda. Walaupun Indonesia pernah menerapkan system multi partai, kemudian disederhanakan oleh Sukarno, dan disederhanakan lagi oleh Suharto menjadi sangat ketat, kemudian setelah itu dimasa reformasi kembali lagi banyak partai, namun kondisinya berbeda antara sekarang dengan dulu (orla). Secara kualitatif, partai yang sekarang ada jelas berbeda, system pemilu berbeda, kampanye parpol berbeda, peta politik berbeda dan mekanisme politiknya berbeda secara kualitatif.

5. GERAK MATERI ADALAH GERAK MANDIRI

Dialektika berpendapat bahwa semua materi, memiliki gerak internal (energi sendiri) yang menggerakkan perubahan dari dalam (walaupun tidak dipungkiri juga adanya pengaruh dari luar dalam kaitannya dengan saling berhubungan diatas). Diatas telah disebutkan bahwa eksistensi materi adalah gerak dan gerak adalah materi. Maka sudah tentu, setiap materi akan bergerak secara mandiri sebagai factor pokok penentu eksistensi materi. Factor luar pengaruhnya hanya mendorong atau mempengaruhi gerak, bukan factor pokok dari adanya gerak materi itu sendiri.
Gerak mandiri dalam ini diakibatkan karena adanya pertentangan (kontradiksi) yang berasal dari dalam diri sendiri. Kontradiksi/pertentangan ini disebut kontradiksi internal yang merupakan sumber proses perkembangan (gerak mandiri). Gerakan elektron mengelilingi positron (inti atom) dalam setiap benda disebabkan karena adanya proses tarik menarik (kontradiksi) antara muatan positif dan negatif. Munculnya bentuk masyarakat kapitalisme karena pertentangan antara kaum feudal dan borjuasi. Perubahan sikap dan perilaku kita karena pertentangan dalam diri kita ketika melihat berbagai persoalan. Gerak ini akibat adanya pertentangan antara yang mati dan tumbuh, positif dan negatif, baik dan buruk, lama dan baru, kanan dan kiri, dsb.

E. KEGUNAAN FILSAFAT
Jika seorang hendak mengetahui segala sesuatu atau macam-macam hal secara langsung, maka hanya dengan turut sertanya secara langsung dalam praktek perjuangan konkret untuk mengubah realitas,dan untuk mengubah sesuatu hal atau macam-macam hal tersebut, dia dapat mengadakan kontak dengan gejala dari hal–hal tersebut atau macam-macam hal tersebut; dan dengan turut serta dalam praktek perjuangan konkret untuk mengubah realitas, dimana dia secara pribadi turut serta, maka dia akan mampu mengungkapkan hakekat dari sesuatu hal itu atau macam-macam hal tersebut dan kemudian memahaminya.
Inilah jalan menuju ke pengetahuan yang sesungguhnya yang dilalui oleh setiap orang, hanya beberapa orang saja, yang sengaja memutarbalikkan sesuatu hal dan mendalilkan sebaliknya. Orang yang paling menggelikan di dunia ialah "orang yang merasa paling pintar" yang sesudah memperoleh sedikit pengetahuan tanpa pernah membuktikan kebenarannya dengan cara mempraktekannya sudah memproklamasikan dirinya "orang nomor satu dan paling pintar di dunia", ini hanyalah akan menunjukkan.bahwa dia belum mengukur dirinya dengan selayaknya. Soal pengetahuan adalah soal ilmu, dan disini tidak boleh ada ketidakjujuran dan kesombongan barang sedikitpun: yang dibutuhkan adalah pasti kebalikannya--sikap jujur dan rendah hati. Artinya jika orang hendak memperoleh pengetahuan, orang harus turut serta dalam praktek mengubah kenyataan. Kalau orang hendak mengetahui rasanya “memimpin aksi” maka orang harus mempraktekannya dengan mau melaksanakanya sendiri. Jika orang hendak mengetahui komposisi dan sifat-sifat atom orang harus melakukan percobaan dalam fisika dan kimia untuk mengubah keadaan atom. Jika orang hendak mengetahui teori dan metode perubahan orang harus turut serta dalam upaya upaya untuk mewujuudkan perubahan itu sendiri. Semua pengetahuan yang sejati berasal dari pengalaman yang langsung. Tetapi manusia tidak akan mempunyai pengalaman langsung dalam segala-galanya; sebenarnya, sebagian besar dari pengetahuan kita berasal dari pengalaman yang tak langsung, misalnya, semua pengetahuan tentang zaman purbakala dan neger-negeri asing. Bagi orang-orang zaman purbakala dan orang, asing, pengetahuan itu berasal dari pengalaman langsung: kalau, sebagai pengalaman langsung dari orang-orang zaman purbakala dan orang-orang asing, pengetahuan itu memenuhi syarat "abstraksi secara ilmiah" seperti yang disebutkan oleh Lenin, dan secara ilmiah mencerminkan sesuatu hal yang objektif, maka pengetahuan itu dapat dipercaya dan di pertanggungjawabkan, kalau tidak ia bukan pengetahuan yang dapat dipercaya. Maka dari itu pengetahuan manusia terdiri dari dua bagian lain, dari pengalaman langsung dan pengalaman tak langsung. apa yang merupakan pengalaman tak langsung seseorang sebaliknya merupakan pengalaman langsung bagi orang lain Karena itu, mengambil pengetahuan harus secara keseluruhannya, karena pengetahuan macam apapun tidaklah terpisahkan dari pengalaman dan praktek langsung.

--ooo000ooo—

Persentasi
Pada Pendidikan Pimpinan FMN Cab Lotim
Oleh
M.ZAINUL KIROM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar