Jumat, 18 Oktober 2013

Manusia-Manusia pendusta dirinya sendiri

dari semua sebab yang ada, itu hanyalah kesepian dalam omong kosong belaka, menanti dengan hqrapan yang tinggi, membuat kita sakit hati yang amat sangat, ini bukan karena kita manusia membuat-buat atau mendramtisir sebuah kejadian itu menjadi history yang mengharukan, namun ini lah sesungguhnya manusia saat ini, manusia lebay.

Rabu, 20 Maret 2013

Jemari Tinta di Pulau Lombok Telah terbit produksi Goresan Pena Publishing : Jemari Tinta Di Pulau Lombok --Cirebon : Goresan Pena Publishing, 2012 vi + 113 hlm. ; 13 x 19 cm Copyright © 2012 by M. Zainul Kirom dan Lauh Sutan Kusnandar Penulis : M. Zainul Kirom dan Lauh Sutan Kusnandar Editor M. Zainul Kirom dan Lauh Sutan Kusnandar Setting dan Layout : Goresan Pena Publishing Desain Sampul : Hani Kangen Sweet ISBN : 978-927-0366-91-7 Harga : 32rb Pesan : ketik JTPL_NAMA_ALAMAT_JUMLAH kirim ke 087 832 035 092 atau 085 221 422 416

Senin, 23 Juli 2012

BINCANG DI TERAS PANTAI

sepi dan dingin menyelimuti relung hamparan pesisir, sinar rembulan bergelemparan di debur buih ombak yang kian menepi membuat warna putih menjadi raja di bibir pantai, ketika sekelumit tawa dan senyum beriring canda bergelantungan menawan awan selenting debar nyanyian menghibur gerah rembulan, menggelitik bising angin yang mengambang, merona meronta naskah beku di jasad kepala, ketika suasana berkelebat menebar-nebar keheningan dimana-dimana segar menebar keresahan sekitar, karena pertiwi merintih diam-diam, kala senja berubah warna, terdampar para nelayan dengan harapan mati, sambil terdiam menelan kabut menggumpal, laut semakin biru di kedalam tak terduga, sebab itukah aku mesti mengenang, keresahan yang tertanam di benak terdalam, diantara dua celah beriringan riang, tentang sembilu dalam seteguk air berwarna merah, cangkir kecil berukuran kurang seperempat liter, tak jua menghadirkan ketenangan, malah keluh kesah merisih sendiri, di atas pasir-pasir lembab yang ingin ku tiduri, di gubuk generasi pasukan penyapu bersih, tak kuharap malam mengalami cerita kebutaan, tentang kebepura-puraan yang kita sembunyikan, di dalam lingkaransekumpulan kawan perbincangan, hadir perselisihan keras menumbuk kehawatiran,

Kamis, 12 Januari 2012

SEKILAS TENTANG SUARA

SEKILAS SUARA Malam ini Hujan pulang patah hati Kubiarkan diriku bahagia Saat dunia menelanku Seperti malam lainnya Teriakan merambat Sepi yang dingin Menantang ilusi dalam hati Dari sini Suara terdengar mengitari terampolin Ketika ku tunggu Terkaman hati terluka Angin yang bising Menemukanmu kesengsaraan Sementara Dawai biola dilantai Membuat suara Menatap rembulan Dari jendela diriku Sesaat Kudengar lagi suara itu Berbicara pada bulan Mencincang cahaya Harap kian menepis sisi Bermain menabrak jarum Sedikit senyum Menyuntik sadar Yang kau tinggalkan Pergelangan bocahku tumbuh Sesaat sempat melayang Nada dalam suara Rentetan tari jalanan Semua kuhisap Tangga nada terbayar sekeping Jari-jari lepas Liar genggaman perempuan

NOSTALGIA MERPATI TUA

NOSTALGIA MERPATI TUA Dibawah balai bambu Sepasang merpati tua Meneguk air mata langit Dengan bibir berkerut Kek Aku ingat ketika Kau melelehkanku Didalam jantung bulan Waktu itu aku sangat mempesona Setiap lekukan tubuh Tersimpan aroma dajjal Aku juga ingat Tentang lampu nelayan Yang mewarnai Cubitan kecil dipipiku Ingatan ini Membuat dagu berkerut putih Dan tulang hidungku Serasa butiran pasir Ah nenek Aku bisa muda lagi Karena aroma Yang kau panjatkan malam ini Bukankah jenggotku Sudah tumbuh uban Dan hasratku Bagaikan kepingan api Dicengkram tiang bambu Sesungguhnya dalam hati Aku juga rindu Tentang merah bibirmu Yang sempat menamparku Dikepalaku juga masih tersimpan erat Tentang perkelahian manja pertama kita Membuat Mata malaikat Meneteskan batu berlian Tapi Bukankah kerinduan ini Selaksa main hujan di tengah malam

IBLIS NAMANYA

IBLIS NAMANYA Di negeriku Dongeng lama ini Seperti Tuhan mengabaikan tempat Dari mana cerita mulai Kehidupan perselisihan manusia Tentang sebidang tanah Mengeringkan darah Di negeriku Lebih banyak cara membunuh Dari pada membuat roti Atau bercinta Sore petang 10 Januari Dunia dalam berita Engkau berpidato Dari atas mimbar nomor 1 Kata-katamu berbisa Menelan beribu juta anak muda Mulutmu menyemburkan api Membakar setiap anak kecil Yang baru lahir Sementara di jidatmu kulihat Lingkaran keramat ini Terjadi lagi Iblis berwujud Sosok si pemotong kayu Masbagik Senin 10 Januari 2012 Jam 00.48

PESTA KEMBANG API

PESTA KEMBANG API Gigitan semut hitam Yang kau lepaskan tadi Tepat mengenai jantungku Detakannya sempat terhenti Sementara darah Tersumbat kekecewaan Selamat tidur mimpiku Biarlah aku melewati serakan api yang kedua Sebab nafas tak pernah panjang 6 Januari 2012